Hai.
aku tidak tau harus bagaimana.
ketika aku hampir mampu menggapai mimpiku, seketika saja semua itu hilang karena gumpalan kabut tebal di depan sana.
Di depan gelap... sangat gelap...
aku tidak mampu menyibak kabut ini,
aku sudah berusaha sekuat yang aku bisa, tapi.. kabut ini terlalu tebal.
Di depan terlalu gelap..
aku tidak mampu melihat apapun.
Sedikit lagi... Ya... Sedikit lagi..
seharusnya aku mampu menggapai mimpiku sejak kecil.
yang aku ingat....
Dulu... aku ingin sekali bisa mewawancarai orang lain.
Bahkan....sewaktu kecil aku berimajinasi dengan rumput-rumput yang tinggi di lapangan itu..
Aku berbicara kepada rumput-rumput itu..
Aku berimajinasi seolah mereka mampu mengerti apa yang aku ucap..
Saat itu.. aku begitu senang..
aku bisa sampai tertawa sendiri di hadapan rumput-rumput dan ilalang yang tingginya hampir setinggi aku ketika umurku masih 7 tahun..
aku bisa menari di tengah lapangan diantara rumput-rumput itu..
Sekarang....
aku masuk ke dunia nyata.
dunia yang membawaku ke dalam mimpiku sejak kecil.
Aku mampu mewawancarai orang lain,
aku adalah seorang wartawan.
Ya, seperti yang aku inginkan sejak aku mulai nyaman berbicara pada rumput-rumput itu.
Tapi...mengapa menjadi nyata itu tidak lebih menyenangkan seperti yang aku fikirkan?
Inikah yang aku mau?
Beginikah seharusnya menjadi nyata?
Aku lebih bahagia saat aku berbicara pada rumput-rumput itu.
Bukan beban yang selalu aku sembunyikan diantara selah selah hati ini.
Bukan ini yang aku mau.
Entah kapan aku bisa merasakan kebahgiaan seperti dulu..
Tidak banyak yang mampu mengerti aku. Mungkin juga kamu.
Tapi inilah aku. Semoga kamu mengerti.
No comments:
Post a Comment